Tidak Ada Mentor
Siapa yang dimaksud dengan Mentor ?
Sosok yang mampu membimbing orang dalam menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur’an siapa yang menjadi mentor ?
Dalam kasus yang selama ini kita alami selama santri dan santriah berada di ma’had, yang menjadi mentornya adalah guru mengajinya masing-masing
Sang gurulah yang merancang bagaimana santri dan santriah menghafal
Mereka tahu seberapa dalam kemampuan menghafal seorang murid
Mereka pun tahu apa saja kekurangan anak dalam menghafal
Mereka tahu sampai gaya menghafal, mental, kedalaman jiwa murid-muridnya, sampai merancang target jangka pendek, menengah hingga jangka panjang bagi murid-muridnya
Lalu kalau mau menghafal sendiri tanpa mentor bagaimana ?
Apakah bisa ?
Bisa. Bisa saja.
Tapi susah. Tetap saja susah
Dengan adanya mentor yang sudah mengarahkan saja terkadang murid masih merasakan ada banyak kesusahan. Apalagi bila menghafal sendiri tanpa bimbingan dari mentor.
Semakin banyak kesusahan yang dialami tanpa adanya bimbingan dari mentor akibatnya justru bisa fatal.
Kesusahan-kesusahan yang bertumpuk-tumpuk bisa dianggap jadi beban dan akhirnya mendorong seseorang untuk memutuskan berhenti menghafal.
Hilang motivasi
Tidak ada gairah
Dan akhirnya berhenti
Tamat
Tidak Ada Tujuan yang Jelas
Sama seperti semua kegiatan yang dilakukan setiap manusia di muka bumi, tentulah menghafal harus ada tujuannya.
Maka perlu ditanyakan pada diri masing-masing.
Apa tujuanmu dalah menghafal Al-Qur’an ?
Mungkin ada yang menjawab, “Agar bisa dapat beasiswa kuliah di Timur Tengah”
Ada pula yang menjawab, “Agar bisa dapat hadiah umroh atau naik haji”
Atau ada yang menjawab, “Agar bisa menikah dengan anak Pak Kyai”
Apapun itu, beberapa jawaban di atas adalah sedikit macam contoh dari tujuan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an
Bagaimana kalau ditanya,”Apa tujuanmu dalam menghafal Al-Qur’an ?”
Lalu dijawab,”Saya tidak tahu”
Atau dijawab,”Ya, tidak tahu, Pokoknya menghafal saja”
Atau juga dijawab,”Tidak tahu. Saya nurut apa kata orang tua saya saja”
Tentu saja orang yang tahu tujuan dengan tidak tahu tujuan akan beda tindakannya
Beda Tindakan, beda pula hasilnya
Orang yang tahu tujuannya tindakannya akan menjadi lebih jelas
Sedangkan orang yang tidak tahu tujuannya membuat tindakannya menjadi tidak jelas
Bahkan mungkin dia tidak berbuat apa-apa, tidak melakukan tindakan apa-apa
Diam di tempat
Bayangkan orang yang sedang mengendarai mobil lalu ditanya, “Anda mau ke mana ?”
Lalu dijawab dengan,”Saya tidak tahu, ya pokoknya jalan saja”
Kira-kira apa hasilnya ?
Tidak Ada Ukuran yang Jelas
Ukuran yang dimaksud di sini adalah ukuran waktu dan jumlah hafalan
Waktu menghafal yang dipilih bisa beragam
Bisa lima menit atau lima belas menit
Bisa sepuluh menit atau tiga puluh menit
Bisa satu jam atau dua jam
Tergantung orang yang mau menghafal
Sedangkan jumlah hafalan juga beragam
Bisa satu baris atau lima baris
Bisa setengah halaman atau satu halaman
Bisa satu lembar atau dua lembar
Tergantung orang yang mau menghafal
Maka sebelum menghafal setidaknya perlu ada ukuran yang jelas
Untuk waktu mungkin bisa ditanyakan
“Mau menghafal berapa lama ?”
Untuk jumlah mungkin bisa ditanyakan
“Mau menghafal berapa banyak ?
Dan akan lebih baik kalau jawaban dari kedua pertanyaan itu dapat digabung
Semisal
“Saya mau menghafal sebanyak lima baris dalam waktu sepuluh menit”
Atau
“Saya mau menghafal sebanyak satu halaman dalam waktu satu jam”
Dengan jawaban semacam itu orang yang menghafal akan punya gambaran
Tentang waktu menghafal dan jumlah yang harus ia hafal
Bayangkan kalau jawabannya
“Saya tidak tahu. Pokoknya saya menghafal saja”
Atau
“Berapa sajalah. Yang penting dapat”
Jawaban semacam itu juga akan menghasilkan tindakan yang tidak jelas
Ia mungkin akan melakukan proses menghafal yang tidak jelas
Asal-asalan
Mudah kehilangan konsentrasi
Dan bahkan bisa saja terjadi
Waktu pun berlalu dan ia tidak menghafal apapun
Rugi
Tidak Ada Miliu yang Mendukung
Miliu artinya lingkungan
Untuk dapat menghafal Al-Qur’an dengan baik, perlu didukung
dengan lingkungan yang baik
Semisal ada teman yang juga sama-sama menghafal Al-Qur’an
Karena secara mental, menghafal Al-Qur’an sendirian tampak
lebih berat
Beda halnya jika menghafal dilakukan dalam satu kelompok
yang juga menghafal Al-Qur’an
Bagaimana caranya tetap bisa menghafal sedangkan orang di
sekitar asyik main musik ?
Bagaimana caranya bisa konsentrasi menghafal sedangkan orang
di sekitar asyik main gadget ?
Dukungan dari keluarga terlebih orang tua juga mempunyai
peran yang penting
Saat sang anak menghafal, orang tua menemani atau mungkin
menyimak hafalannya
Tentu sang anak bertambah semangatnya dalam menghafal
Atau berusaha menambah hafalannya agar orang tua dapat lebih
sering menemani dan menyimak hafalannya lebih sering
Beda halnya kalau sang anak menghafal, sementara orang tua
asyik dengan gadgetnya
Mungkin sang anak bakal tidak betah dan bertahan lama saat
menghafal
Mungkin ia juga merasa aneh dengan dirinya yang melakukan
sesuatu yang berbeda
Karena orang di sekitarnya asyik dengan gadget, sementara
dia sendiri sedang menghafal
Akhirnya ia juga akan terdorong untuk bercengkerama dengan
gadget
Komentar
Posting Komentar
silakan meninggalkan komentar